Manila - Arab Today
Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Jumat mengatakan bahwa dirinya bersumpah tidak akan pernah mengunjungi Amerika Serikat (AS), yang dia sebut sebagai negara jelek.
Duterte melontarkan pernyataan itu untuk merespon sejumlah anggota parlemen AS, yang akan menentang kunjungan Sang Presiden tersebut ke Gedung Putih atas undangan Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya, anggota Kongres dari negara bagian Massachusetts, James McGovern, mengatakan dalam rapat dengar pendapat Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) bahwa dirinya akan menentang kunjungan itu, jika Presiden Trump mengundang pemimpin Filipina ke Gedung Putih.
Komisi yang terdiri dari sejumlah anggota majelis rendah AS itu bertemu pada Kamis (20/7) di Washington untuk membahas kebijakan anti-narkoba "berdarah" Duterte yang mereka nilai telah menewaskan ribuan warga Filipina.
Sejumlah kelompok HAM mengatakan bahwa sebagian besar kematian itu disebabkan oleh eksekusi oleh pihak kepolisian. Tudingan tersebut kemudian dibantah oleh Pemerintah Filipina.
"Saya tidak punya waktu untuk mengunjungi Amerika Serikat selama menjadi presiden, ataupun setelahnya," kata Duterte.
Ia tidak pernah menyembunyikan kekesalannya kepada AS, meski Washington adalah sekutu lama negaranya, bahkan berperan penting dalam Perang Dunia II dan memiliki Pangkalan Militer di Filipina.
"Jadi, apa yang membuat orang itu berpikir bahwa saya akan terbang ke Amerika?" ujar Duterte, kepada sejumlah wartawan, merujuk pada pernyataan McGovern
Ia menimpali, "Saya sudah melihat Amerika, dan ternyata jelek. Seharusnya Kongres Amerika Serikat memulai sendiri investigasi untuk pelanggaran hak asasi manusia di mana banyak orang tewas oleh persekusi di Timur Tengah."
"Jika tidak, saya terpaksa harus menginvestigasi Anda. Saya akan memulai dengan dosa-dosa lama Anda," kata Duterte, mengingatkan pihak AS yang dinilainya banyak terlibat menjatuhkan nyawa korban sipil, militer dan tokoh politik di Timur Tengah.
Trump mendapat kritik tajam di Washington saat dia mengundang Duterte ke Gedung Putih saat kedua pemimpin itu berbicara melalui hubungan telepon pada April 2017. Trump belum mengungkapkan kapan undangan resmi akan dikirimkannya.
Sementara itu, juru bicara Duterte mengatakan bahwa Trump memuji kinerja pemimpin Filipina itu.
Bahkan, Trump dalam satu bocoran transkrip yang diperoleh The New York Times menunjukkan bahwa sempat mengatakan Duterte "melakukan pekerjaan luar biasa terkait persoalan narkoba."
Source: ANTARA